KETIKA sepasang kekasih menikah dan
memulai sebuah keluarga baru, tak ada niat sedikitpun untuk membuat keluarga
yang mereka bangun tersebut menjadi sengsara. Tak ada yang menginginkan, baik
suami maupun istri, mempunyai hubungan yang tidak menyenangkan. Keharmonisan
keluarga adalah tujuannya. Keharmonisan keluarga merupakan salah satu tonggak
terciptanya sebuah keluarga yang bahagia.
Kita semua percaya, bahwa setiap
pasangan yang saling mencintai, ketika menikah mempunyai potensi untuk memiliki
keluarga bahagia. Dengan kerja keras dan tekad, semua pasangan percaya, itu
sangat mungkin diciptakan.
Keharmonisan keluarga menjadi pilar
utama sebagai syaratnya. Anda dan istri atau suami Anda mungkin sudah bisa
memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan primer, sekunder, maupun
tersier. Anda merasa puas dengan kerja keras Anda berdua.
Tapi bagaimana dengan keadaan
hubungan kalian, sudah harmoniskah? Sehingga Anda layak disebut keluarga yang
paling bahagia? Atau malah tekanan di luar sana membuat Anda sering marah-marah
kepada pasangan dan anak-anak? Atau karena kesibukan, Anda tak punya waktu
untuk keluarga?
Lalu, bagaimanakah cara menciptakan
keharmonisan dalam rumah tangga? Simak beberapa langkah berikut:
- Saling mengingatkan
Interaksi dengan orang lain, juga
dengan pasangan, tidak menutup kemungkinan terjadinya salah paham atau perasaan
tidak mengenakkan lainnya. Mungkin, Anda melakukan kesalahan yang mengganggu
hubungan Anda berdua. Bisa pula sebaliknya, pasangan Anda yang melukai hati dan
pikiran Anda. Yang perlu diingat adalah jangan gampang tersulut emosi. Untuk
mengatasinya, Anda berdua hanya butuh saling mengingatkan dan memberi masukan
yang baik.
Tidak mungkin pasangan Anda akan
tersinggung ketika Anda memberi saran yang bermanfaat, asal Anda tahu caranya!
Saling mengingatkan juga akan menjaga diri Anda berdua untuk tidak mengulangi
kesalahan yang sama dan tidak perlu.
Apalagi jika Anda saling
mengingatkan dalam nada-nada canda dan dengan tutur kata yang ringan, enak
didengar. Tidak perlu dengan muka serius. Tuturkan dengan bahasa yang ringan
dan efektif, niscaya akan lebih mengena di hati pasangan Anda.
- Panggil pasangan dengan nama yang ia sukai.
Sebagaimana Rasulullah Saw.
memanggil Aisyah r.a. dengan sebutan Humaira (si Merah Delima). Maka,
bertanyalah kepada istrimu mengenai nama yang ia sukai. Istri pun harus
melakukan hal yang sama yaitu memanggil suami dengan sebutan yang disukainya.
- Saling memberikan pujian.
Pada dasarnya, manusia itu senang
dipuji dan ini termasuk kebutuhan (tabiat). Hendaknya suami sering memuji
istri, demikian pula sebaliknya. Memuji pasangan dapat dilakukan dihadapan
orangtuanya, anak-anaknya atau kerabatnya dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan
yang dimilikinya.
- Bersikap qana’ah.
Diantara tanda keharmonisan cinta
pasangan suami istri adalah sikap merasa puas dengan yang ada (qana’ah) atau
merasa puas dengan prasarana hidup yang tersedia. Masih berkelanjutannya sikap
manja, kebiasaan hidup serba ada, boros, dan berfoya-foya pada masa kecil atau
remaja termasuk salah satu faktor yang memicu pertikaian pasangan suami istri.
Sikap demikian berlawanan dengan kedewasaan yang menuntut pandangan realistis
tentang kehidupan. Hal-hal picisan dan glamour yang digembar-gemborkan media
sejatinya tidak akan menciptakan kebahagiaan.
Kebahagiaan sejati hanya akan
memancar dari hati dan jiwa terdalam, bukan bertolak dari aspek-aspek materi
yang justru memicu kesenjangan dan konflik.
- Sekali-kali ajak istri jalan-jalan, piknik, atau rekreasi.
Tentu saja, bepergian yang dimaksud
adalah mengunjungi tempat-tempat yang dihalalkan. Setiap bulannya, jadwalkan
waktu pergi berdua (kencan) dengan istri agar ia tidak sumpek terus-menerus
berada di rumah.
- Senantiasa bersikap terus-terang, jujur, dan sportif.
Ini merupakan kunci kebahagiaan
kehidupan rumah tangga yang tidak mungkin nihil dari kesalah-pahaman. Jika Anda
melakukan kesalahan, maka yang harus dilakukan adalah bergegas meminta maaf,
berani mengakuinya, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi di kemudian
hari. Sikap tersebut sama sekali tidak berarti menistakan status dan harga diri
Anda. Hal itu justru mendorong pihak lain untuk menghormati, mempercayai, dan
memaafkan Anda.
- Jangan melihat ke belakang.
Jangan pernah menyesali keputusan
yang telah dibuat menyangkut pernikahan. Pertanyaan seperti, “Kenapa waktu itu
saya mau saja dinikahi, ya?” atau “Kenapa tidak saya tolak saja ya lamarannya?”
harus dibuang jauh-jauh. Ketidak-harmonisan bisa saja bermula dari pertanyaan
sepele tersebut. Jika rasa penyesalan berlarut, tidak tertutup kemungkinan
ketidak-harmonisan berujung pada perceraian. Karena itu, hadapilah kenyataan
yang saat ini kita hadapi. Jangan lari dari masalah dengan melongok ke belakang
atau (na’udzubillahi min dzalik) membayangkan sosok lain di luar pasangan kita.
Hal ini akan membuka pintu setan sehingga ia akan dengan mudah meracuni.
- Tumbuhkan impian
Impian membuat Anda memiliki
harapan. Bila Anda memiliki harapan, Anda pun mempunyai gairah untuk
mewujudkannya. Hidup pun menjadi bersemangat. Jadi, usahakan untuk selalu
mewarnai setiap hari dengan rencana-rencana matang untuk menggapai
impian-impian Anda. Tentu saja, tak cuma Anda yang harus menghidupkan suasana
seperti ini.
Pasangan pun harus sama-sama
berupaya. Tumbuhkan impian-impian yang realistis bersama pasangan, sehingga
Anda berdua termotivasi untuk terus berusaha. Dengan saling berbagi cerita dan
impian, hari-hari Anda akan terasa lebih menantang dan hubungan dengan suami
atau istri pun akan lebih harmonis. Anda tidak akan pernah habis-habisnya
bercerita tentang usaha-usaha dalam mewujudkan impian-impian tadi.
- Jangan selalu curiga
Kecurigaan tidak akan pernah berbuah
manis. Bayangkan jika pikiran Anda atau pasangan hanya dipenuhi oleh upaya
untuk selalu mencari sisi-sisi negatif masing-masing. Bagaimana mungkin
keharmonisan tercipta bila Anda berdua membiarkan kecurigaan itu tumbuh subur.
Lebih baik, tumbuhkan sikap saling percaya agar hubungan berjalan dengan baik.
Dengan demikian, Anda berdua akan mampu menciptakan suasana yang harmonis.
- Suami adalah partner
Anda dan pasangan harus sama-sama
sadar bahwa pasangan bukanlah bawahan atau atasan. Pasangan adalah pribadi yang
unik dan memiliki banyak potensi untuk berkembang. Oleh karena itu, perlakukan
dia sejajar dengan Anda. Dia juga seperti Anda, ingin dihargai! Hindari
ungkapan-ungkapan yang tidak perlu dan tidak enak didengar. Ciptakan suasana
yang nyaman yang memungkinkan ide-ide segar muncul. Dengan ide-ide ini, Anda
berdua akan selalu memiliki cara-cara baru dan lebih ampuh dalam memelihara
hubungan.
Dengan saling mengisi dan
menghargai, Anda bersama “partner” Anda insya Alloh akan mampu menciptakan
keharmonisan. Ini karena Anda berdua menyadari bahwa pasangan adalah partner
yang unik dan spesial. //** ( beritanuansa.wordpress.com)
Tags : Keluarga Harmonis, Keluarga muslim Harmonis, LDII banyuwangi